hidup tanpa nasi
Seminggu kemarin, saya tidak menyentuh nasi sama sekali. Mencoba hidup tanpa nasi. Hidup dengan sesuatu yang biasanya kita temui sehari-hari. Menantang sebutan 'makanan pokok' yang sering disebut-sebut orang.
Gantinya, saya makan tepung sagu yang dicampur kuah ikan. Sagu tidak seperti beras yang cukup kaya protein. Gantinya, saya pakai kuah ikan. Kebetulan di tempat saya berkegiatan kemarin, memang beras cukup sulit didapat, karena harus didatangkan dari daerah lain.
Dulu, di sepanjang daerah pantai di pulau-pulau di nusantara ini banyak tanaman sagu. Tapi kemudian hilang. Mungkin karena tidak berguna lagi, karena orang memilih makan nasi dari beras. Dengan sebab apa, saya tidak tahu. Tiba-tiba, kita semua bersepakat untuk makan nasi. Sampai ada ungkapan, bahwa orang Indonesia itu belum makan kalau belum ketemu nasi. Halah…
Kita jadi bergantung pada satu jenis tanaman, yang untuk memperolehnya, dibutuhkan sejumlah lahan khusus yang harus dikelola oleh sekelompok orang bernama petani. Di tempat saya berkegiatan kemarin, tidak ada yang namanya petani. Mereka pemanen sagu. Sagu dibiarkan tumbuh di hutan-hutan sagu. Bila ada tanaman yang sudah cukup umur, mereka bisa menebang.
Buat saya, kehidupan seperti ini justru menarik. Mengapa kita mesti menghabiskan waktu ngurusi sawah dan segala tetek bengek hama dan gulma-nya, kalau kita bisa melakukan hal-hal lain, sementara sagu kita tumbuh di hutan-hutan sagu?
2 comments:
Setuju! Yang penting kan kandungan gizinya tercukupi dan nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat yang tersedia di negara ini. Hanya saja, yang jadi perhatian pemerintah memang hanya beras sebagai makanan pokok, bukan sagu, jagung, umbi-umbian, dsb.
iya ya ki.. kenapa ya...?hehehe.. kemarin iseng saya liat, ternyata beras jadi salah satu penyebab inflasi terbesar di indonesia. nah lho..:p
Post a Comment