Thursday, December 27, 2007

software of the mind

Hofstede dalam bukunya Cultures and Organizations: Software of The Mind, cerita tentang budaya. dia bilang bahwa budaya itu adalah software untuk pikiran kita. software yang menentukan bagaimana dan mengapa kita berpikir, merasa, atau berbuat sesuatu. di halaman lain, Hofstede juga bilang bahwa budaya itu bisa dipelajari. masa emas untuk mempelajari budaya itu saat anak-anak hingga usia 10 tahun. setelah itu, orang cenderung akan mengalami kesulitan untuk meng- unlearned apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

Hofstede bilang bahwa budaya mewujud dalam 4 hal: simbol (symbol), ketokohan (heroes), ritual (rituals), dan nilai (value). keempatnya tersusun sedemikian rupa seperti kulit bawang, berturut-turut dari luar ke dalam: simbol sampai nilai. urutan ini, juga memperlihatkan urutan kelembaman - kesulitan untuk berubah. semakin kedalam, semakin sulit berubah. semakin kedalam, semakin sulit diintervensi.

dari gambaran ini, kita bisa mengerti bahwa slogan: 'buanglah sampah pada tempatnya' atau reduce-reuse-recycle tidak akan memberi perubahan yang cukup signifikan terhadap lingkungan hidup kita. itu cuma simbol. lapisan terluar dari budaya yang sangat mudah berubah. berjuta-juta uang dibelanjakan untuk mencetak selebaran, membuat iklan, membuat poster. berjam-jam waktu diluangkan untuk membuat semua itu, tapi hanya dengan tulisan: reduce-reuse-recycle... maaf, tapi saya pikir sia-sia. karena orang yang membaca akan dengan segera membuang selebaran dan poster itu, alih-alih di reuse atau di recycle.

baru kemarin lihat iklan MTv (btw, MTv ini ikon budaya paling sukses menurut saya yang mampu memberikan pengaruh besar pada budaya anak muda), tentang greener x-mas yang meminta untuk menghilangkan penggunaan bungkus kado, pita dan kartu ucapan selamat natal untuk menyelamatkan pohon dan mencegah menumpuknya sampah. that's smart, because they explain why. tapi, pesan itu hanya akan dimengerti oleh mereka yang punya nilai (value) yang sama terhadap lingkungan.

jadi, gerakan lingkungan sekarang, sudah tidak bisa bergerak di slogan dan simbol. kita harus sampai ke ranah nilai. kita harus bisa mengubah nilai. cara pandang orang tentang lingkungan. Al Gore mencapainya dengan argumen-argumen saintifik, sekaligus momen-momen reflektifnya di Unconvenient Truth.

disisi lain, lembaga-lembaga agama sebagai implementasi nilai keagamaan, harus secepatnya punya agenda yang jelas terkait dengan masalah lingkungan. jangan ngurusi persoalan sosial terus...


Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.

No comments: