Wednesday, December 19, 2007

episode

bayangkan kamu adalah seorang manajer area sebuah perusahaan asuransi. rumah dinasmu di kawasan sukajadi. mewah. kemana-mana naik mobil. hidup serba ringan. pada usia pertengahan 30an, kamu sudah punya semua yang orang pikir ingin ia miliki. istri yang cantik,... 3 orang anak yang lucu, sekarang tengah menempuh sekolah dasarnya.

bayangkan, di akhir tiga perempat umur 30an -mu, perusahaanmu gulung tikar dihantam krisis moneter. semua harus dijual untuk menutupi modal perusahaan yang terpakai. bayangkan, tinggallah kamu, di tiga perempat akhir umur 30an -mu, dengan tiga orang anak, seorang istri, dan uang pesangon yang tak cukup menutupi biaya hidup setahun.

....
......
........

5 tahun kemudian,...

bayangkan, kamu, seorang mantan manajer area sebuah perusahaan asuransi, tertidur bersimbah keringat di dalam mobil, di area parkir sebuah gedung pemerintahan, di siang hari Jakarta yang panas. seorang bapak masuk ke dalam mobil, mengganggu istirahat siangmu,... setengah gelagapan, kamu bertanya, "sudah selesai, pak? kemana kita sekarang?". "Kembali ke bandung," kata si bapak yang duduk di kursi belakang, sementara kamu mengemudikan kendaraan melewari jalan protokol jakarta yang macet saat jam makan siang.

sampai di Bandung, si bapak membayar sewa mobil seharian itu, dan sedikit tips untukmu yang kamu terima dengan penuh rasa syukur. terbayang sudah, tagihan kontrakan yang menumpuk, uang bayaran sekolah dan uang bangunan si sulung yang tahun depan masuk sekolah menengah atas, dan makan malam yang cukup layak untukmu, dan si bungsu, serta istrimu yang sedang hamil tua. setidaknya hari itu, kita bisa bernapas lega.

sesudah mencuci mobil dan mengembalikannya pada si pemilik, kamu mengambil sepeda bututmu, mengayuhnya pulang. hawa dingin tengah malam menemanimu.

sesampai di kontrakan yang cuma seukuran dapur rumah mewahmu dulu, kamu lihat istrimu tidur. wajahnya lelah, tapi dia tetap cantik. seandainya dia tidak perlu menjajakan nasi bungkus, mungkin gurat-gurat kelelahan dan tua itu tak perlu ada di wajahnya. kamu mendidihkan air, membuat kopi. istrimu terbangun, si bungsu menggeliat kehilangan hangat tubuh ibunya...

istrimu duduk di sebelahmu, merapihkan rambutnya..kamu tersenyum menatapnya. dalam hati bersyukur: "terimakasih Tuhan, Kau pertemukan aku dengannya..."


---------------*****------------------

catatan: episode ini diangkat dari kisah nyata orang yang saya kenal cukup dekat...

2 comments:

Anonymous said...

Must be hard, eh?

Kadang hidup yang susah beri kita arti...

Hehe, i know that feeling...

Saat kita capek waktu berjuang cari nafkah, rasanya pengen berhenti, pengen banget....

Tapi semangat pasti balik lagi saat ketemu orang yang buat kita berjuang selama ini...

Titip salam sama temenmu itu ya..., terus berjuang. Jangan pernah putus asa!

qq said...

Life is really a rollercoaster, right?

Btw, piki mo diet segala niy? Koq si mas adam brown segitu keukeuhnya promosiin situsnya? heheheh.

Met taon baru yaaa