Friday, April 27, 2007

berhari bumi bersama kokolot

saung kerja ekowisata (more images)

kokolot bahasa sunda, artinya orang tua, atau yang dituakan. dan memang begitu.

berawal dari sms dari bu enci dan mang intan, yang memforward undangan yang mereka terima dari Pak Felix (dosen EnHai yang nyentrik, kalo liat pasti langsung inget orangnya :)), tentang peresmian kegiatan Ekowisata berbasis kebudayaan lokal di Kawasan Bandung Utara, minggu pagi tanggal 22 April, saya berangkat ke punclut.

di sana ketemu Ndyan ama Ugun (hepi pisan, udah lama ngga ketemu temen sejawat). "mewakili siapa, pik?" kata Ndy. "hehe.. masyarakat Kabupaten Bandung Barat!"

yang hadir dalam peresmian ini ada dari KMBB. Huruf K dari KMBB-nya saya lupa: Koalisi, atau Kelompok atau Krup (grup, maksudnya), tapi yang jelas MBB nya singkatan dari Masyarakat Bandung Bermartabat. Koordinatornya Kang Rachmat Jabaril. Baru sekarang liat orangnya. biasanya liat lukisannya di Pikiran Rakyat, hehe...

Selain KMBB juga ada DPKLTS (ini bener-bener lupa singkatannya apa,.. tapi TS nya Tatar Sunda)

Anyway, sebelumnya saya sempat denger tentang isu ekowisata yang mau dikembangkan di Bandung Utara. Saya pikir ini ulah konsultan keblinger yang bikin ide aneh di kepala birokrat bandung,..beberapa peneliti senior di Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata sini, juga ngga setuju dengan penggunaan term 'ekowisata'-nya. pemerkosaan istilah eko- kalo kata obot.

sebetulnya, ekowisata yang digunakan temen-temen ini cuma agenda besar untuk menutupi agenda lain: penyelamatan Kawasan Bandung Utara. Daerah Bandung Utara, yang tempo hari pernah rame karena Walikota Bandung Dada Rosada membangun jalan antara Dago-Punclut, ternyata masalahnya sudah sedemikian gawat.

saya masih ingat tanggapan Dada Rosada tentang kontroversi daerah Punclut: " saya membangun jalan itu untuk rakyat" dan memang untuk rakyat. tapi bukan untuk rakyat punclut yang tidak punya mobil. jalannya, sesuai dugaan, dibangun untuk memfasilitasi perusahan developer yang membangun perumahan elit dan sekolah internasional di kawasan itu. peduli pada rakyat? yeah, right.. rakyat yang mana dulu...?

hebatnya, pemerintah kota Bandung bahkan merevisi RTRW-nya. dalam RTRW yang lama, daerah Punclut dan sekitarnya adalah kawasan hijau, kawasan konservasi yang berperan sebagai daerah resapan air. setelah di revisi, RTRW yang baru memperbolehkan pembangunan di daerah punclut. kesan yang ditangkap memang jadi tidak aneh: pemerintah pro pemodal.

dengan pengembangan daerah punclut itu, akan terbuka akses jalan bagi masyarakat yang menghubungkan antara Dago, Lembang dan Punclut. ini akan menguntungkan petani, karena pengangkutan hasil bumi dan pertanian dari ketiga daerah itu dapat dengan mudah terdistribusi. keuntungan berikutnya adalah terbukanya lapangan pekerjaan. itu katanya...

tapi pada pelaksanaannya, pembangunan jalan membuka daerah baru (yang kemudian akan dikembangkan kawasan perumahan), dan bukan memperbaiki kualitas jalan yang sudah ada. dan bagimana hasil bumi bisa didistribusikan, jika tanahnya berubah jadi ladang beton? dan soal lapangan perkerjaan? berapa banyak orang yang bisa bekerja di daerah baru itu? paling tinggi jadi satpam, atau tukang sapu perumahan. alasan pengembang karena pendidikan mereka tidak mencukupi.

itu semua sudah pernah terjadi. jangan buta oleh harapan.

hebatnya, pendirian saung kerja ekowisata di punclut yang diinisiasi KMBB, punya program yang menarik. mereka bersama masyarakat punclut, akan kembali menanami lahan-lahan yang sekarang dimiliki pengembang. program ini pernah dilaksanakan pemerintah kota Bandung beberapa tahun yang lalu, kata seorang peserta, tapi berhenti begitu saja. tidak ada kelanjutannya.

seperti juga kasus Lumpur Lapindo Brantas, saat ini saya benar-benar meragukan keberpihakan pemerintah.. pada masyarakat, atau pemodal?

sebegitunya sampai-sampai negara menanggung kredit-kredit macet, dan membantu penyelesaian masalah lapindo? sementara aset mereka bisa dicairkan untuk menyelesaikan masalah ganti rugi dan mungkin juga menyewa tenaga ahli dari rusia yang pernah menawarkan diri untuk membantu menghentikan aliran lumpur..?

ah, jadi kemana mana..:)

No comments: