komentar untuk tulisan 'salah siapa?'
ini, tanggapan dari komentar temen-temen di tulisan 'salah siapa?' (terimakasih buat komentarnya,.. budi, fendrri, sama icha :-). mau ditulis di bagian komentar, tapi kok ya kepanjangan gitu loh.. :-)
bantuan memang harus diberikan. kalo kecil besar itu beda masalah, tapi yang penting, bantuannya efektif atau ngga, atau malah membuat masalah baru?
misalnya, duit gopek kita, apakah akan jadi pembenaran buat dia untuk terus mengemis (alias males tea), atau misalnya, sebaiknya kita tabung duit gopek itu tadi, lalu suatu saat, kita belikan dia alat yang bisa dia pake untuk usaha..
atau memilih membelikan nasi/makanan daripada ngasih uang. cara ini bagus nih, untuk test case, sebetulnya apa yang dia harapkan dari mengemis.., uang, atau barang-barang untuk memenuhi kebutuhan dasar (bahan makanan dan pakaian)? soalnya, jeleknya, ada juga pengemis yang membelanjakan uangnya untuk beli zat adiktif (lem, misalnya)
saya dan temen-temen sering nih, eksperimen soal ngasih uang/makanan. rata-rata, ngga mau dikasih bahan makanan...tapi, mudah2an aja dipake modal usaha. tapi kalo ketemu orang yang sama setelah bertahun-tahun, saya jadi ragu, jadi apa duit yang dia peroleh tiap hari itu..
ketidakmampuan mengelola uang, adalah satu masalah sendiri lho... dan dari pengalaman, solusinya mudah: catat pengeluaran dan pendapatan, supaya kita tau, seberapa efektif alokasi keuangan kita. kasus favorit saya, adalah cerita temen yang mendampingi masyarakat miskin kota di Jakarta. anak-anaknya ngga bisa sekolah, karena orangtuanya ngga mampu bayar uang iuran sekolah, buku dan seragam, yang rata-rata perbulannya sekitar Rp. 30.000. tapi, di lain sisi, si bapak, bisa abis rokok sebungkus sehari. rata-rata harga rokok sebungkus, misalnya 5000, kali tigapuluh hari jadi 150.000. jadi kalo si bapak berenti ngerokok, itu uang bisa buat bayar iuaran sekolah 5 orang anak! atau tiga orang anak plus tabungan masa depan saat dia kuliah nanti! keluarga itu sadar setelah mencatat pengeluaran dan pendapatannya, dan si bapak memutuskan untuk mengurangi jatah rokoknya jadi setengah bungkus sehari.. lumayan :-)
tapi mungkin pengemis itu belum kepikiran untuk nyatet pengeluarannya, jadi aja mereka belum bisa efektif. nah, kalau kita kenal betul masalahnya apa, kita bisa bantu menyelesaikannya kan? alih-alih dikasih uang, mending dikasih ide untuk mengelola uang yang didapat dari mengemis itu... :-)
tapi, memang, mengenal masalahnya berarti mengenal orang-orangnya. mungkin malah satu persatu, kalau kita tidak ingin men-generalisir solusi. kita belajar saja dari kasus BLT kemarin, di tingkat akar rumput, masalah-masalah baru timbul.. (penipuan, ketidakpuasan sebagian pihak, ketidakefektifan penggunaan dana,.. dll). benar-benar kebijakan populis yang membodohkan .. :-)
emang sih, masalah ini, di UUD juga udah diatur (bahwa orang-orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara,.. lupa pasal berapa hehe..) tapi masalah sebenernya aku udah ngga mudeng lagi sama UUD setelah ada revisi, jadi ngga bisa menunjuk hidung pemerintah, yang dulu, sebenarnya adalah pihak yang tanggung jawabnya lebih besar. tapi dengan dana BLT, saya beranggapan negara sebenarnya masih bertanggungjawab sama mereka.
tapi, sudahlah, ngga perlu tunjuk hidung siapa-siapa.. :-)
kita berusaha semampu kita, dan yakinkan usaha kita itu untuk menuntaskan masalah, bukan bikin masalah baru lagi.. kalo kita, umumnya bilang: kasih kail, jangan kasih ikan...
gitu kira-kira :-)
No comments:
Post a Comment