tentang rachman
"rachman" katanya. dengan kepolosan seorang anak SMP, dia bertutur ringan tentang kehidupannya. ibunya meninggal tiga tahun lalu. dan setahun yang lalu, bapaknya memutuskan untuk menghentikan sekolahnya, karena sudah tidak mampu membiayai. anak bapak hidup sendiri-sendiri. si bapak jadi satpam di sebuah kantor perhimpunan jurnalis. si anak keluyuran di siang hari, sementara di malam hari dia ngamen dari tenda warung makan yang satu ke tenda warung makan yang lain.
"lumayan bang, dapet limabelas rebu kalo lagi rame" katanya dengan senyum. matanya sipit hampir terpejam. "buat makan ama buat nyang laen-laen" katanya waktu saya tanya untuk apa uang itu. sekolah? saya pikir dia sudah tidak punya minat untuk itu.
"pinjem HP-nya, boleh ngga bang? kartunya saya punya nih.." katanya malu-malu. dia lihat saya selesai mengetik sms.
what the hell.. ada enaknya punya hp butut.. ngga kuatir kalo ilang.. ;) rachman sibuk ber sms-sms ria..
sambil menyulut sebatang rokok marlboro menthol, dia berkata "nge-sms pacar ni, bang.. ama ayah juga. pamit" masih dengan senyum yang membuat mata sipitnya tertutup. kereta parahyangan bandung-jakarta melaju tersendat-sendat di daerah karawang. cerita tentang kehidupan sehari-hari, tentang musik yang dia suka, dan tentang hp yang sangat diidam-idamkannya, yang dijanjikan akan dibelikan ayahnya saat ia ulang tahun Juni nanti. "asal jangan yang lebih dari dua juta, kata ayah..."
buset.
ayahnya, diluar dugaan saya, sangat menyayanginya. peran ayah, mama sekaligus teman dekat buat rachman, pasti bukan hal yang mudah. bahkan, saya sadari belakangan, justru si ayah yang berhasil meredam godaan lingkungan rachman yang dipenuhi kekerasan dan narkotik. saya salah sangka. betul-betul salah sangka.
suasana kekanak-kanakan menyebar ketika dengan ringan dan panjang lebar, dia bercerita tentang pacarnya. "ini yang ketujuh, bang" katanya, "satu dari dua pacar yang paling rachman sayangin. yang serius gitu.." dan monyet kecil ini masih juga bilang gemetar kalo diajak ngomong perempuan. gila.
"Ni, bang anaknya". gadis, atau mungkin, anak kecil seumur rachman sendiri, berambut panjang dengan kacamata hitam model Bono. "cantik. bisa aja lu cari cewe.." saya memalingkan muka. mencoba mengingat masa lalu, waktu seumur rachman. yang terpikir cuma game dingdong street fighter II. betapa segala daya upaya dan energi tercurah ke sana. betapa dibela-belain berangkat sekolah jalan kaki dan ngga jajan biar bisa maen dingdong. cewe? makhluk aneh... ;-)
hp bergetar. sms yang ditunggu rachman. dia senyum lalu sibuk membalas sms. mencoba menelepon, lalu kecewa dan bertanya, "bang kalo ngga aktif itu hp-nya dimatiin ya..?"
rupanya satu orang lagi yang ditunggu jawabannya, tak kunjung membalas: sang pacar. belakangan baru saya tau pula, foto yang diperlihatkan rachman itu baru ia dapat di gambir, selangkah lagi masuk ke kereta yang membawanya ke bandung bersama saya hari itu. mengingat rachman mungkin akan menetap beberapa bulan di bandung, dan, mengingat umur kebersamaan mereka yang baru satu bulan. mungkin semacam bekal, atau makna yang tidak terwakili kata-kata: "jangan lupakan saya."
betapa mesra...
dan mungkin dengan sedikit tambahan: "jujur, man.. orang jujur banyak temennya. banyak yang nolongin. sebab orang solat sekarang udah banyak yang ngga jujur."