Keterampilan Dasar
Apa keterampilan dasar untuk hidup? Benarkah matematika? Bagaimana dengan bahasa inggris? Menurut saya, ada 5 keterampilan dasar yang harusnya kita miliki..
- Bercocok tanam. Tidak mesti jadi seorang akhli pertanian untuk bisa bercocok tanam. Yang perlu diketahui adalah bagaimana bisa menanam tanaman pangan anda sendiri. Untuk bercocok tanam dengan efisien, anda harus menjadi pengamat alam yang baik. Anda harus bekerjasama dengan alam, dan bukan menentangnya. Banyak suku asli di indonesia yang terbukti dapat melakukan ini. Mengapa ini tidak diajarkan di sekolah dasar kita?
- Masak memasak. Ini juga penting. Bagaimana mengolah makanan yang telah kita hasilkan? Bagaimana memasak makanan yang lezat, dari bahan yang alami. Atas nama menghemat waktu dan kepraktisan, kita bergantung pada bumbu instan. Bahkan di-klaim sebagai resep nenek, padahal nenek mu dan nenek ku kemungkinan besar bukan orang yang sama. Bagaimana mungkin orang yang berbeda diklaim punya resep yang sama persis? Nenekmu dan nenekku sekarang jadi sebuah pabrik bumbu masak. Resep yang kita tahu pun sebagian besar bukan menggunakan bumbu atau bahan-bahan lokal. Tepung terigu misalnya. Tepung terigu yang berasal dari gandum, sudah pasti bukan berasal dari indonesia, karena gandum tidak tumbuh disini. Terlebih lagi, bagaimana mungkin kita bisa mencintai alam, kalau tidak bahan yang kita masak pun kita tak kenal datangnya dari mana? Makan, adalah bentuk hubungan paling dasar antara manusia dan alam.
- Menjahit. Tentu, setelah makanan terpenuhi, anda butuh baju. Keterampilan ini dulu umum dimiliki kaum perempuan. Bahkan di masa sebelumnya, perempuan lah yang menguasai teknik memintal benang, sampai menenun dan menjadikannya pakaian. Berkembangnya mode, dan industri garmen, pelan-pelan menghapus keterampilan ini. Kita jadi sangat bergantung pada penjahit massal di pabrik-pabrik. Buruh-buruh yang dibayar murah. Padahal menjadi penjahit yang bisa membuat baju dengan model yang paling sederhana, tidak perlu sekolah mode sampai ke Paris. Berapa banyak lagi generasi muda sekarang yang bisa menjahit? Apakah keterampilan jahit menjahit masih diajarkan di sekolah sekolah?
- Pertukangan kayu. Saya tidak tahu, apakah keterampilan ini dimiliki seorang arsitek atau tidak. Beberapa tukang kayu yang saya temui, tidak pernah bersekolah formal sebagai tukang kayu. Keterampilan mengolah kayu kebanyakan keterampilan yang mereka pelajari turun temurun, atau dari teman sesama tukang kayu. Anda harus memahami jenis kayu, sampai karakter serat kayunya untuk memperoleh hasil olahan kayu yang bagus. Berapa banyak dari kita yang tahu ada berapa jenis kayu yang bagus untuk bahan rangka rumah? Kayu apa yang baik untuk perabot rumah?
- Membaca dan menulis. Sekarang anda kenyang, pakaian terpenuhi, dan rumah sudah berdiri lengkap dengan segala perabotnya. Membaca dan menulis adalah kunci membuka pengetahuan. Dengan membaca dan menulis, anda bisa merekam, menyimpan dan mengakses pengetahuan lintas ruang dan waktu. Membaca dan menulis lah yang akan mendukung ke-4 keterampilan di atas.
- Matematika. Mengapa matematika? Matematika bukan sekedar pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, atau bahkan pemangkatan dan logaritma. Ini adalah keterampilan berlogika paling dasar. Kita sering lupa dan terlena pada kecepatan atau bahkan ketepatan berhitung, lupa akan esensi dasar yang mengajarkan kita bagaimana berlogika. Dengan matematika, anda mensistematikkan ke-lima keterampilan di atas, membuat pesan dan pengetahuan lebih mudah dipahami.
Sekarang, mari kita lihat, bagaimana penerapan keenam keterampilan dasar itu di sekolah-sekolah kita:
Matematika, adalah salah satu pelajaran paling menakutkan sekaligus prestisius di sekolah dasar sampai menengah. Bahkan bila anda tidak bisa menghasilkan makanan dan memasak sendiri makanan anda, asalkan anda bisa bermatematika (mendapat nilai yang bagus, bukan berlogika dengan baik - ini beda), anda dinobatkan sebagai salah satu murid yang cerdas.
Membaca dan menulis (yang ada dalam pelajaran bahasa indonesia) seringkali jadi pelajaran yang disepelekan. Padahal, ini adalah kunci dari komunikasi. Masalahnya adalah belajar berkomunikasi/ berbahasa, lebih dekat pada budaya, ketimbang logika. Saya yakin, sebenarnya, matematika dan bahasa seharusnya sulit dipisahkan. Entah dengan dasar apa, sekolah dan sistem pendidikan di Indonesia (dan mungkin juga seluruh dunia) memisahkan keduanya.
Bagaimana nasibnya mereka yang ahli bercocok tanam, bisa memasak, menjahit dan pertukangan, tapi tidak bisa membaca, menulis dan tidak mengenal logika matematis lewat sekolah formal? Mereka yang kita kenal sebagai buruh tani, nelayan, tukang jahit (bukan pemilik rumah mode atau pabrik garmen), dan tukang kayu (bukan pemilik mebel).
Sementara kita, yang pernah belajar di sekolah formal, bisa membaca dan menulis, jago berlogika matematis, tapi tidak bisa bercocok tanam, (banyak yang) tidak bisa memasak dan menjahit, apalagi bertukang, jadi apa kita? Kita jadi manusia yang jago berbahasa dan jago berlogika, tapi tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan pangan kita sendiri.
Hasil dari produk sekolah formal kita, akhirnya adalah lulusan-lulusan yang tidak mengakar. Mengambang di awang-awang: jago berlogika dan berbahasa, tapi tidak mengenal alamnya, terpisah dari hubungan paling mendasar antara manusia dengan alamnya. Tidak mengenal darimana makanannya berasal, tidak tahu bagaimana memenuhi kebutuhan sandang dan papannya.
Bagaimana hubungan kita dengan buruh tani, nelayan, tukang jahit dan tukang kayu? Hubungan kita dan mereka adalah hubungan jual beli. Kita memenuhi serba kebutuhan kita dengan membeli dari mereka. Apa yang terjadi, bila mereka tidak menolong kita memenuhi serba kebutuhan kita yang tidak bisa terwujud dari berlogika matematis, membaca dan menulis? Pernahkah kita membayangkan, apa yang terjadi pada kita bila para petani tidak mau menjual hasil bumi nya kepada kita? Dimana bagusnya berlogika dan keterampilan berbahasa, bila tidak bisa makan?
Saya tidak mengajukan thesis bahwa anda mesti menguasai seluruh keterampilan itu. Saya yakin banyak diantara kita yang menguasai keterampilan berbahasa dan berlogika. Tapi kita tahu itu saja tidak cukup. Ke empat keterampilan lainnya, minimal satu diantaranya, perlu kita pelajari juga. Bukankah indah, bila kita bisa bersama-sama , dalam sebuah komunitas, memenuhi serba kebutuhan kita sendiri? :)
No comments:
Post a Comment