Sunday, February 19, 2012

FPI dalam diri kita semua

You never change things by fighting the existing reality. To change something, build a new model that makes the existing model obsolete.
- Buckminster Fuller

melihat ricuhnya penolakan terhadap FPI, saya jadi senyum-senyum sendiri. ada kelompok yang menolak, dan kelompok yang ditolak.. tapi saya lihat keduanya tidak berbeda. keduanya sama saja. keduanya seperti anak kecil yang sedang bertengkar.

kelompok penolak, ketika dikonfrontir dengan salah satu habib FPI, bilang, mereka sudah lelah dengan kekerasan, bukan FPI. padahal dalam demo-nya di Bundaran HI, jelas-jelas yang mereka teriakkan adalah indonesia tanpa FPI. ketika ditanya, mengapa tidak melakukan dialog terbuka dengan FPI, mereka bilang kita selalu dicap sebagai antek liberalis dll.

si kelompok tertolak, ketika ditanya mengapa menggunakan jalan kekerasan, membandingkan dengan kelompok-kelompok lain yang menggunakan kekerasan, seperti ormas dan parpol. mereka meng-klaim sedang melakukan perbaikan bagi indonesia. mereka mengadvokasi kebenaran, membantu pemerintah dalam menegakkan hukum.

dua-duanya, seperti anak kecil yang bertengkar. ketika dimarahi orang tuanya, yang satu bilang: "dia duluan yang mulai!" yang satunya lagi bilang: "kalo dia boleh (melakukan kekerasan) kenapa saya ngga boleh?"

keduanya gagal, menurut saya begitu. gagal mengenali masalahnya. dan ini saya lihat tidak hanya terjadi di antara mereka. banyak aktivis yang perilakunya seperti anak kecil begini. alih-alih mencari solusi kreatif, mereka menyalahkan kondisi di luar mereka. mengeluh dan menghujat. masalahnya selalu ada "di luar sana". apakah ini pertanda dari ketidakmampuan diri kita untuk membuat model kreatif?

yang kita inginkan adalah masyarakat damai, bukan masyarakat tanpa kekerasan. masyarakat damai bukan masyarakat tanpa kekerasan. ini perlu dipahami dulu.

No comments: