ekonomi batara kala

waktu saya kecil, ibu sering bercerita tentang batara kala. digambarkan sebagai raksasa yang suka menculik dan memakan orang. ibu bilang,kalau saya main di luar rumah pada saat magrib, saya akan dimakan batara kala.

suatu ketika, ibu bilang, akan ada gerhana bulan. saya menunggu berjam-jam menengok ke langit. ibu bilang, kata orang, pada saat itu, bulan akan dimakan batara kala. tapi batara guru, dewa paling berkuasa di kahyangan akan memerintahkan batara kala memuntahkannya kembali.

dari cerita ibu saya, saya mengenal sosok batara kala sebagai tokoh yang rakus, memakan semua hal yang ditemukannya. bahkan batara kala ingin memakan orangtuanya sendiri.. wah..wah wah..

lebih dari 20 tahun kemudian,..saya teringat cerita ibu saya tentang batara kala. kali ini, batara kala yang saya lihat bukan berbentuk raksasa seperti cerita ibu saya, tapi seperangkat aturan dan struktur...saat ini kita menyebutnya dengan ekonomi.

mulai dari cerita Land Grabs. dengar cerita amazon, ketika hutan-hutan dibuka besar-besaran. 80% lahan terbuka di Amazon dikuasai oleh daerah peternakan. agar orang-orang di Amerika, Perancis dan Cina bisa makan daging sapi. buat orang-orang BRazil, mereka memandang pengorbanan lahan hutan yang sangat luas itu sebagai pilihan rasional untuk bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraan mereka. negara mengejar pendapatan negara dan pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya.

di keseharian kita, yang terjadi tidak jauh berbeda. ekonomi yang bertumbuh tidak membawa kesejahteraan pada banyak orang, kecuali sebagian kecil saja. dogma tentang trickle down effect,.. justru mendorong pemerintah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya pada para kapitalis untuk berinvestasi, dengan harapan membuka lapangan kerja. disaat yang sama, petani dihajar habis-habisan untuk menyediakan produk pangan yang lebih murah dan lebih murah lagi untuk para pekerja di sektor sekunder yang lebih memberikan dampak pada kinerja ekonomi nasional. sebagian kecil mereka yang merasakan manfaat kesejahteraan, bermandikan kemewahan di atas kesengsaraan sebagian besar lainnya. bayangkan saja, untuk bisa menghasilkan pangan semurah-murahnya, bagaimana para petani bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat menikmati kehidupan seperti mereka yang ditunjang ketersediaan makanannya? harus ada petani-petani miskin yang mau merelakan dirinya hidup dalam kemiskinan agar middle class society ini bisa berproduksi dan menggerakkan ekonomi. yang diuntungkan? para pemodal - the upper class.

benarkah harus demikian? benarkah harus ada sebagian orang yang dikorbankan atas nama pembangunan ekonomi? benarkah harus ada lahan alam yang dihancurkan untuk membuat ekonomi dapat berputar?

jawab saya, Batara Kala!