Thursday, October 09, 2008

masyarakat yang masih muda

memperhatikan komentar yang keluar dari orang-orang yang saya ajak ngobrol soal pemerintah dan pemerintahan, saya sadar kalo sebagian besar masyarakat kita itu belum lagi mandiri. rata-rata mereka akan berkomentar:

susah sih, mas! saya pikir SBY-JK akan mengubah kehidupan bangsa kita…

atau
mau ngga mau mas, kita cuman rakyat. sekarang soal korupsi,.. siapa coba orangnya yang bebas korupsi? yah, jalannya memang sudah begitu mas!


ibaratnya bayi, masyarakat kita itu seperti anak yang baru belajar melangkah. tetap butuh dituntun. kadang merinding juga kalo inget cerita ibu bapak waktu jaman sukarno dulu. resesi yang begitu hebat. orang ngantri beras, minyak dan air tiap hari. semua itu dilakukan atas nama ‘berdikari’ (berdiri di atas kaki sendiri). biar miskin, asal punya harga diri… keluar dari PBB juga ngga masalah:)

tapi, yah, saya juga ngga bisa ngebayangin, apa jadinya kalau ngga ada supersemar yang menjadi titik awal pergantian kekuasaan sukarno –> suharto (diluar kontroversi soal ada atau tidaknya barang itu ya..). mungkin lebih baik, mungkin juga ngga. mungkin kamu ngga akan baca tulisan saya sekarang..

baru-baru kemarin saya baca buku 7 habit-nya Stephen Covey.. (hehe,.. setelah sekian tahun obot nyuruh saya baca buku itu:) ). masih separo, masih overwhelmed sama kompleksitas buku itu. dari situ saya ngambil kesimpulan, bahwa komentar-komentar masyarakat kita, minimal orang-orang yang saya temui, menandakan bahwa masyarakat kita masih tergantung sama pihak lain, belum mandiri. kalo ada masalah, cenderung menyalahkan orang lain, daripada cari solusi sendiri, hehe…

itu makanya jadi politisi di indonesia gampang kayaknya, tinggal pake label membela masyarakat (yang ngga mandiri), menyuapi alih-alih membangun kemandirian, maka jadilah dia.. yah, minimal meniti karir dari ‘pengamat sosial’ atau ‘pengamat ekonomi’ atau ‘pengamat politik”.

yang menarik lagi, media kita, yang harusnya jadi media pendidik rakyat, justru meng-amin-i keadaan seperti ini. diluar kontroversi soal harga minyak internasional, waktu harga bensin mau naek lagi, banyak banget gelaran talkshow dilakukan oleh media, gelaran opini yang pake media koran sampe email.. semuanya mengusung kesimpulan yang sama: ‘pemerintah ngga beres’, atau ‘pemerintah terlalu buru-buru menaikkan harga’. kalo bicara soal mengajak masyarakat untuk menyikapi masalah kenaikan BBM ini dengan menghilangkan ketergantunga pada BBM, mungkin bisa jadi ngga laku…

2 comments:

obot said...

haduh bapak piki..apakabar? sahaya rindu..

kalu 7habit berat.. coba yg versi 'teens'nya :) tidak merendahkan martabat kok. tetap berisi.

betul sekali kita semua masih tampak kanak2.. sialnya kesadaran timur terlalu mudah diganti konsumtivisme barat dan kegersangan timur tengah.

kebudayaan untuk menyadarkan malah dicap pornografi. kesalihan sosial disebut lain lagi..

pengarsip said...

ngga kok bot, malah saya sedang terkagum-kagum sama interelasi yang luas dari buku itu.. ngga apa-apa kok, saya pengen baca yang ini aja:)

kalo ke bandung, mbo ya sempatkan ngopi bersama bot! hehe