gosip adam air
melihat sebah acara talkshow di stasiun TV swasta yang membahas soal pesawat Adam Air yang hilang. talkshow ini dihadiri oleh dua orang profesor. yang satu sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia, lainnya mantan ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
si pembawa acara, bertanya mengenai apa yang terjadi dengan pesawat Adam Air yang hilang tersebut. dijawab dengan ringan oleh mantan ketua KNKT, "pertanyaan anda itu mudah ditanyakan, namun sulit dijawab.." kemudian beliau bercerita tentang beberapa kemungkinan penyebab kecelakaan, dengan tambahan bahwa, secara statistik, kesalahan yang sering terjadi adalah human error.
sekilas saya menangkap, jawaban pak profesor tidak nyambung dengan pertanyaan, tapi kemudian saya sadar, bahwa pak profesor sedang tidak berspekulasi.
kemudian masih dalam acara yang sama, si pewawancara bertanya bagaimana pendapat mereka yang diwawancara mengenai informasi yang didapatkan si pewawancara (entah sumbernya dari mana), tentang pilot Adam Air yang sebenarnya sudah diperingatkan oleh menara pengawas di bandara Makasar mengenai cuaca buruk, namun tetap terbang.
sepintas jawaban yang saya inginkan, atau mungkin juga si pewawancara ingin dengar misalnya, "iya tuh, emang salah si pilot udah dibilangin cuaca buruk, sampai-sampai ada beberapa penerbangan yang re-routed ke Balikpapan, ee,.. malah nekat..kat..kat.., jelas ini salahnya Adam Air!"
oo, ternyata mereka tidak bereaksi seperti itu. mereka hanya bilang bahwa cuaca buruk sebetulnya bukan masalah bagi pilot yang terlatih.
dan informasi bahwa menara pengawas Makassar telah memperingatkan pilot Adam Air mengenai cuaca buruk, terpatahkan dengan sukses ketika si pembawa acara sendiri mewawancarai Hatta Rajasa via telepon di acara tersebut. what an idiot gossip makers..
ini juga yang bikin informasi jadi simpang siur, di awal hilangnya adam air. informasi yang ngga jelas sumbernya, diangkat jadi berita nasional oleh media. dan lucunya, ketika tidak terbukti, media-media kita yang budiman ini malah menuding pemerintah lambat dalam menangani kasus ini, dan lambat dalam memberikan informasi. lepas dari keterlambatan, kehati-hatian dan kepastian dalam memberikan informasi, mesti tetap diperhatikan.
ini bedanya tukang gosip dan cendekiawan. tukang gosip menelan bulat-bulat informasi yang diterima. kalaupun ada dasarnya, perbandingan antara dugaan dan kenyataan objektif mungkin sekitar 80:20.
tapi justru orang yang menjawab berdasarkan statistik, itu ngga populer. bersikap objektif dan saintifik memang dingin dan berjarak. beda sama gosip yang selalu hangat. saking hangatnya, sampe membakar emosi..
jadi ngga salah omongan Effendi Gazali, dalam salah satu wawancaranya, ketika ditanya soal dunia pertelevisian : "Tidak banyak yang berubah dari dunia televisi kita, semua hanya membuat kita menjadi goblok permanen."
1 comment:
Setuju. "Tukang gosip menelan bulat-bulat informasi yang diterima." Sayangnya di penerbangan sendiri banyak tukang gosip.
Post a Comment