OS - kegiatan tidak berguna
ini adalah cerita tentang pergolakan batin. sebuah perang dalam diam... hehe..
kemarin, saya diminta mewakili pusat penelitian pariwisata untuk menghadiri acara sarasehan sehari tentang Penjaminan Mutu ITB, aspek Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan.
Isu lama yang diangkat, kecuali dengan perspektif baru. bahwa ITB akan menjadi research based institute, isunya sudah beredar semenjak Pak Djoko Santoso menggantikan Pak Kusmayanto. tapi tahunnya kapan, itu yang baru saya tau: 2008. pastinya seperti apa, saya masih belum paham. dimana posisi Kelompok Keahlian, Program Studi dan Pusat-pusat Penelitian saat itu, dan bagaimana hubungan diantaranya, mesti diperjelas. mungkin buat saya, karena kebanyakan yang hadir adalah tetua-tetua yang dulu, waktu isu PAU mau dibubarkan, ikut kebakaran jenggot bikin Roadmap.
dan saya menemukan momen-momen yang menyenangkan ketika bertemu beberapa dosen, dan terutama, kesempatan bertemu bapak rektor yang baru, Pak Djoko. orangnya imut, kata temen saya, kecil-kecil tapi pinter. dan satu lagi, dia senang sekali melucu. dengan logat jawa yang kuentel buanget :) maksudnya mungkin bukan melucu, tapi nyepet dekan-dekan yang ngga tau kondisi fakultas yang dipimpinnya, tapi sepetannya pake bahasa jawa. lucu.., Jangan salah sangka, saya tidak menghina, saya suka sekali orang ini.
namanya juga hidup, ada senang ada susah... giliran wakil rektor bidang kemahasiswaan DAN ALUMNI (katanya baru baru ini rektorat memutuskan ingin mengurusi alumni.. setelah sekian lama..!!)
yang presentasi. Pak Widyo, sebut saja begitu, karena memang itu nama beliau. yang dibahas adalah upaya-upaya untuk mempertahankan mutu dan kualitas mahasiswa ITB. dari mulai masalah IPK sampai karakter.
target 50% mahasiswa ITB lulus tepat waktu dengan IPK minimum 3,00 sudah dipenuhi. selamat. sekarang karakter. Pak Widyo mengidentifikasi, karakter mahasiswa ITB sebagai berikut (sebetulnya ada 5, tapi ini yang berhasil saya ingat, karena ternyata hand out presentasi beliau tidak ada dalam seminar-kit saya):
- tingkat stress tinggi
- tingkat adaptasi kurang
- tidak bisa bekerjasama
jadi pak widyo masih punya PR. sehubungan dengan mutu ITB, sebagai sebuah institusi pendidikan, maka tugas ITB yang utama adalah mendidik. meskipun Pak Togar dari SBM tidak sepakat dengan instilah pendidikan, tapi lebih setuju dengan istilah pengajaran.
anyway,.. ngomong ngomong soal character building, saya justru heran, kenapa atas restu rektor, wakil rektor bidang kemahasiswaan mengintervensi habis-habisan kegiatan kemahasiswaan. bentuknya: OS dihapuskan. restrukturisasi Keluarga Mahasiswa ITB. Himpunan harus bertanggung jawab pada ketua Program Studi atau Jurusannya masing-masing. dan lain-lainnya.
Pak Widyo juga, dengan maksud bukan bercanda - saya yakin - menyebut OS sebagai sesuatu yang tidak berguna, himpunan yang belum mengadaptasikan aturan-aturan ITB sebagai himpunan dengan tingkat kebudayaan yang rendah. beliau juga menyinggung mengenai struktur Keluarga Mahasiswa ITB, dan cita-cita mahasiswa ITB untuk membentuk student government, dengan nada yang meremehkan. dan yang ditakutkan Pak Widyo adalah, bahwa beliau tidak bisa membayangkan kericuhan yang akan terjadi di kampus bila organisasi mahasiswa kampus bertendensi politik, ketika suhu politik memanas.
saya sungguh berharap saya bisa tetap objektif saat ini, karena saya betul-betul kecewa dengan rektorat saat ini. dengan menyandang nama ITB dan 'kebijakan kekanak-kanakan' yang diberlakukannya, buat saya, rektorat mencoreng muka sendiri.
Pak Johny Patta, yang jadi moderator saat itu sempat berkelakar: "kebetulan saya dulu bekas ketua himpunan, pak.. jadi kalau dulu saya dengar bapak ngomong begini, saya sudah ajak teman-teman untuk demo"
saya tidak bisa menahan keinginan saya untuk bicara. minimal menyamakan persepsi dengan Pak Widyo mengenai definisi OS. sayang sekali waktunya habis dan saya tidak kebagian bertanya. tapi saya merasa cukup terwakili, karena waktu itu Pak Taufik, dosen saya, sempat angkat bicara. terkait dengan isu tersebut ada dua hal yang beliau tanyakan:
1. Pak Taufik tanya tentang intervensi yang dilakukan oleh kantor Pak Widyo tentang kegiatan kemahasiswaan, apakah tidak terlalu banyak?
2. keterlibatan mahasiswa dalam isu-isu politik sebenarnya debatable. Pak Taufik sendiri percaya, inisiatif yang diambil mahasiswa, dan salah satunya mahasiswa ITB, menjadi momen penting dalam perubahan bangsa.
karena waktu yang mendesak, pertanyaan Pak Taufik hanya dijawab 1: kita harus membedakan mahasiswa sebagai student dan mahasiswa sebagai warga negara. untuk kegiatan politik, lakukan saja di luar kampus.
saya ketemu dengan Firman, di Salman, tadi. Istrinya, kebetulan jadi panitia di acara kemarin, jadi dia sempat mendengar sedikit cerita dari istrinya. dari kawannya, saya tau Pak Widyo itu alumni Geodesi '70.
saya tidak tau bagaimana keadaan Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG) waktu itu, tapi, kalau melihat kenyataan, minimal sampai tahun 2003 saat saya meninggalkan dunia mahasiswa, saya setuju OS IMG HARUS DIHAPUSKAN.
berdasar pengalaman itu, Pak Widyo mungkin menyamaratakan semua bentuk OS. OS itu kegiatan tidak berguna, saya tidak setuju. saya sendiri merasakan perubahan setelah saya mengikuti OSKM, dulu waktu baru masuk ITB. waktu itu saya diminta untuk membantu guru SD yang sedang mengajar. kami ada di sana dan membantu guru itu mengajar. di situ saya bisa melihat kesenjangan dalam pendidikan dan betapa hanya mereka yang punya uang saja yang bisa sekolah. kesempatan seperti ini, mungkin tidak akan saya dapatkan seandainya saya tidak ikut OSKM waktu itu.
kecuali beberapa hal 'aneh' yang saya tidak mengerti untuk apa dilakukan, saya pikir OS secara keseluruhan tidak perlu dihapuskan. jangan salah tangkap. yang saya bicarakan adalah OS dalam bentuk suatu upaya perubahan cara pandang dan sikap, bukan diisi dengan perploncoan dan ajang unjuk senioritas. saya menentang keduanya sebagai bagian dari budaya feodal.
diantara presentasinya, Pak Widyo juga menyinggung, bahwa "OS itu kegiatan yang tidak pake mikir".. kalau OS IMG mungkin ya, tapi OS himpunan saya dulu (saya hanya tau himpunan saya, dulu) tidak begitu. selain karena memang kita masih belajar untuk 'mengajar' (bukan 'menghajar'), dan jadwal kuliah dan praktikum yang cukup padat, saya pikir prosesnya berjalan baik. OS di himpunan saya, dulu, adalah transfer ilmu dan nilai. saya dengan yakin bisa bicara bahwa kontak fisik dan perploncoan tidak kita lakukan. apakah proses belajar mengajar seperti ini juga yang akan dihapuskan?
dan, Pak Widyo juga bisa tanya kawan-kawan yang menangani OSKM. Berapa BULAN mereka rapat untuk mempersiapkan materi dan teknis acara yang berlangsung seminggu itu. masih bisa bilang OS itu kegiatan yang tidak pake mikir?
soal ITB dimasuki kekuatan politik, saya pikir Pak Widyo mungkin terlalu sibuk dan lupa melihat beberapa kejadian:
1. Ormas PRD yang ada di kampus, diminta untuk keluar kampus, karena dikhawatirkan 'mewarnai' kampus.
2. Ormas PDI-P yang memaksa masuk kampus untuk mengawal Presiden Megawati, ketika akan masuk kampus ITB disambut dengan penolakan mahasiswa. lagi-lagi karena dikhawatirkan mewarnai kampus.
saya tidak aktif di Keluarga Mahasiswa ITB, tapi dari dua kejadian itu, saya yakin, kekhawatiran Pak Widyo terlalu berlebihan.
saya setuju, berhubungan dengan penjaminan mutu ITB, kegiatan kegiatan kemahasiswaan ITB juga harus sesuai dengan kerangka visi-misi dan nilai ITB.
sehubungan dengan character-building, tidak bisakah ITB bersikap lebih terbuka? saran saya, bisakah mahasiswa diberi pengertian, bahwa ada visi yang ingin dicapai ITB-BHMN, lalu diajak mendukungnya dengan cara bla..bla..bla...
artinya kegiatan mahasiswa disimpan di dalam kerangka ITB-BHMN. biarkan mereka 'bermain' cukup bebas dengan kerangka dan nilai tersebut. saya yakin, mahasiswa ITB cukup dewasa dan cerdas untuk mengenali batas-batas tersebut. merdeka toh bukan tanpa batas, tapi batas yang terlalu sempit mengekang bisa dikenali sebagai bentuk penjajahan.
pembatasan-pembatasan, intervensi yang terlalu jauh, saya pikir akan menghalangi mahasiswa untuk mengembangkan ide dan pemikirannya. Alih-alih membangun karakter yang baik, malah bisa berbalik menjadi karakter yang kerdil, tidak percaya diri, dan cenderung jadi robot.
kecuali visi misi ITB-BHMN adalah untuk 'mensuplai tenaga kerja untuk menunjang pengembangan industri di indonesia', sehingga dengan itu dibutuhkan manusia-manusia terprogram sebagai tenaga kerja (dan bukan manusia yang cerdas, kreatif yang bisa jadi panutan, seperti yang dikatakan Pak Widyo sendiri) ya... cara yang sekarang ini sudah benar dilakukan.
menunjang ITB sebagai universitas yang berbasis pendidikan dan penelitian, serta pengabdian masyarakat, kita boleh berbangga dengan mahasiswa-mahasiswa kita. kegiatan Farmasi Pedesaan (Fardes) itu bukan ada semenjak Pak Widyo menjabat, tapi sejak saya masih anak ingusan di kampus gajah duduk ini. KM sendiri, pernah akan mengadakan kegiatan serupa, yaitu desa binaan, dengan mengerahkan semua elemen himpunan di kampus. saya yakin, himpunan lain pun sempat berpikir begitu. konsep saya tentang himpunan, dulu, bahwa himpunan itu adalah sarana untuk mahasiswa mengaplikasikan apa yang ia pelajari di bangku kuliahnya, sehubungan dengan keahliannya. dan bapak boleh lihat, kegiatan apa yang sudah ditangani mereka, saat ini. itu sebabnya saya yakin, bila diberi kerangka yang baik dan dibiarkan untuk berkembang sendiri, hasil yang dihasilkan pun pasti baik.
pesan saya anggap mereka rekan bukan musuh, anggap mereka subjek, bukan objek.
dan buat kalian yang masih mahasiswa: "manaaa ekspresinyaaa....???" hehehehe...
7 comments:
ini ekspresi saya,hehehe....
SAYA TIDAK SETUJU OS DIHAPUSKAN.
DAN SAYA SETUJU, WIDYO TIDAK MENGERTI OS HIMPUNAN LAIN SELAIN OS IMG, MAKANYA MIKIRNYA 'GA PAKE MIKIR' GITU...
HAHAHAHAHA...
-masahia stres di minggu UAS-
Yupp, bener banget... OS di semua jurusan ga sama. Ga semuanya cuma pake otot, tapi juga pake otak.
Terus terang, lewat OS Qq belajar banyak bagaimana beradaptasi dan bekerjasama dgn temen2 yang berasal dari latar belakang yang beragam. Qq belajar banyak selama OS, walo sering masuk seksi 'mampus'but I learned a lot! :)
Yupp, bener banget... OS di semua jurusan ga sama. Ga semuanya cuma pake otot, tapi juga pake otak.
Terus terang, lewat OS Qq belajar banyak bagaimana beradaptasi dan bekerjasama dgn temen2 yang berasal dari latar belakang yang beragam. Walo sering masuk seksi 'mampus', but I learned a lot! :)
Yupp, bener banget... OS di semua jurusan ga sama. Ga semuanya cuma pake otot, tapi juga pake otak.
Terus terang, lewat OS Qq belajar banyak bagaimana beradaptasi dan bekerjasama dgn temen2 yang berasal dari latar belakang yang beragam. Walo sering masuk seksi 'mampus', but I learned a lot! :)
OS IMG memang sadis...
saya dan beberapa rekan lainnya hanya bisa menjadi saksi bisu tentang os IMG...
biarlah Yang Maha Kuasa membalasnya...
semoga kita semua diberi ketabahan..:-)
ketabahan atas kebodohan yang dilakukan senior-senior kita, baik semasa kuliah, maupun semasa sudah tidak jadi mahasiswa... (katanya alumni ITB, tapi mikirnya kayak anak-anak)
OS IMG emang makhyoshlah..
sungguh indah kenangan saat itu
Post a Comment