Wednesday, June 07, 2006

there's no such thing as poverty!

kemiskinan itu tidak ada, yang ada hanya kebodohan. begitu kata mas rifki waktu beliau cerita tentang masyarakat adat yang bekerjasama dengan INDECON di suatu tempat di Sumatera (aku lupa daerah pastinya). hidup mereka memang sudah begitu dari dulu. kebodohan sebagian dari merekalah yang membuat masyarakat adat itu kehilangan sebagian hutannya. kebodohan, karena demi uang, orang-orang tersebut menerima permintaan kayu dari cukong-cukong dan merusak hajat hidup orang banyak. dan statement di atas, tidak dikatakan oleh mas rifki, tapi dari mereka, masyarakat adat itu...

pemandangan beberapa waktu lalu di depan kantor pos di sebelah komplek rumah saya, membuat saya membenarkan perkataan masyarakat adat yang diceritakan mas rifki. ratusan orang memenuhi halaman kantor pos, membuat jalan macet, demi uang Rp 300.000 ribu rupiah yang diberikan tiga bulan sekali pada tiap keluarga yang memenuhi prasyarat untuk digolongkan sebagai keluarga miskin. selama dua hari lebih mereka mengantri dana Bantuan Langsung Tunai.

rasanya ada sesuatu yang salah dengan bantuan itu. entah sampai kapan dana bantuan itu bisa membantu mereka. atau malah mereka akan terpuruk dengan dana bantuan itu. blessing in disguise dari penarikan subsidi bbm oleh pemerintah adalah proses kemandirian dari masyarakat. harga harga yang melambung tinggi adalah konsekuensi. mereka yang lemah, memang harus di bantu. tapi bukan dengan cara disuapi.

di negara negara lain, pajak yang tinggi sebanding dengan kualitas hidup dan kenyamanan yang didapatkan. tapi saya tidak bermaksud menyandingkan indonesia dengan negara lain. kompensasi penarikan subsidi di indonesia seharusnya tidak dialihkan menjadi uang sejumlah 300.000 per tiga bulan. bisa menjadi perbaikan pelayanan kesehatan, sumber sumber makanan murah dengan kualitas yang baik (proyek beras miskin di beberapa daerah malah dikorupsi oleh pejabat daerah...gila!), dan perluasan akses masyarakat dengan penghasilan rendah (saya tidak ingin menggunakan kata 'miskin') ke sarana sarana sosial yang selama ini tidak tercapai, misalnya pendidikan.

pendidikan dan kesehatan, adalah bentuk penguatan bagi mereka yang secara finansial terpinggirkan. hidup di negara yang penuh dengan lingkaran setan ini, tanpa akses terhadap diantaranya, kesehatan dan pendidikan - yang hanya dapat diperoleh dengan uang, kita hanya akan kian terpinggirkan.

demikianlah, saya melihat BLT malah mengundang kontroversi terhadap niat pemerintah yang sebenarnya, kalo tidak mau dibilang membodohkan dan melemahkan mereka yang sudah lemah. bukankah kita tau pepatah lama? jangan beri ikan,... beri kail. diluar itu, apakah kemiskinan bisa didefinisikan? setelah beberapa lama, kriteria dan indikator kemiskinan yang ditentukan oleh BPS terus diperdebatkan dan menimbulkan kerancuan dan keributan di kalangan masyarakat. bukan oleh mereka yang merasa berhak menerima BLT, tapi oleh mereka yang menginginkan BLT!

dan yang saya sayangkan juga, kemiskinan seolah menjadi komoditas. komoditas untuk memperjuangkan hak hak, diwakili oleh mereka yang berhimpun dalam sebuah LSM. buat saya, bila kemiskinannya saja sudah tidak ada, bagaimana mungkin ada hak-hak orang miskin? hak seperti apa? kemudahan akses terhadap sumber pangan murah, pendidikan, dan kesehatan? itu bukan hak orang miskin, tapi hak golongan yang terpinggirkan, golongan dengan kesulitan akses. tidak identik dengan orang miskin. warga senior (manula), orang-orang cacat,.... mereka adalah orang-orang yang, sampai saat ini, terpinggirkan.

dalam ajaran agama saya, saya memang diminta untuk membantu orang-orang fakir miskin. tapi di dalam hal yang lain, ajaran agama saya melarang kita untuk mengemis, dan meletakkan kondisi serba kekurangan sebagai kondisi yang dekat dengan kekufuran (mudah lalai akan ajaran agama) dan kita harus bersama sama menghilangkannya.

dan memang seharusnya begitu...

jadi, tidak ada yang namanya kemiskinan... yang ada adalah keterbatasan akses untuk memperoleh kebutuhan dasar dengan layak akibat sistem negara yang menyamaratakan kemampuan semua warganegara, dan pada tingkatan yang lebih mikro, ketidakmampuan kita untuk berfungsi sebagai makhluk sosial. soal ketidakmampuan kita untuk berfungsi sebagai makhluk sosial, akan saya jelaskan di tulisan berikutnya...

3 comments:

Anonymous said...

barangkali bukan sebuah kebodohan, tapi telah terjadi "penipuan" dan "penjajahan" ... :-)

Anonymous said...

Enjoyed a lot! Boating internship Payless car rental jamaica Aaremove spyware adware Scratched lexus Pants boys http://www.zyban-tablet.info/medication-drugs-online-zyban.html Wireless monitoring security systems Granny peeing videos

Anonymous said...

Looking for information and found it at this great site... » » »