Sunday, June 04, 2006

homo ORBAicus

REFORMASI! atau REVOLUSI, kata teman-teman kita aktipis kampus jaman jebot waktu menggulingkan Soeharto dari kekuasaannya selama 32 tahun. aktipis-aktipis codot yang berani diskusi malem malem, sembunyi sembunyi, dan jarang menampakkan mukanya di siang hari, di ruang ruang kelas... yah, keadaan memang memaksa begitu.

anyway,... 8 tahun sudah REFORMASI terjadi. kita merayakan kesukacitaan kita akan tumbangnya sebuah rezim. harapan harapan baru bermunculan. tapi apa yang terjadi? keadaan sepertinya kian memburuk. korupsi jadi memasyarakat, menyebar tidak terkontrol. dari pusat sampe tingkat daerah. krisis moneter dan melambungnya harga harga. pernyataan menyesal seperti: "kayaknya masih mending jaman suharto deh,... harga harga ngga setinggi ini, situasi lebih tenang dsb dsb,..." jadi makin sering kita dengar.

yang terjadi sebetulnya cuma perubahan struktur. menumbangkan Soeharto adalah mengintervensi struktur. tapi, bagaimana struktur itu bekerja, tidak tersentuh. dan dalam bentuk barunya, struktur itu kembali bekerja. coba lihat sindrom lupa diri ketika mendapat jabatan, bahkan oleh mereka yang mengklaim dirinya adalah reformis. cara kerja strukturnya akan menaklukkan sebagian besar dari mereka yang menjadi bagian dari struktur itu.

jangan salah, cara kerja struktur ini kemudian menyebar kemana-mana. dari mulai struktur pemerintahan, sampe struktur masyarakat. masyarakat yang katanya masyarakat modern, karena kalo kita pergi ke daerah kawasan yang nilai nilai tradisional masih kental, strukturnya akan terasa berbeda sama sekali...

di buku "Rekayasa Sosial"- nya Jalaludin Rakhmat, yang kemaren dibedah di KaiL, ada beberapa ciri stereotype manusia manusia yang pernah terlalu lama ditindas dan mungkin masih tertindas. Kang Jalal menyebutnya sebagai Homo Orbaicus. secara umum, sifat sifat itu adalah sebagai berikut:

  • mementingkan diri sendiri,
  • tidak mau berbuat dan mengambil tanggungjawab dan keputusan untuk kepentingan dan fasilitas umum,
  • tidak mau peduli,
  • cenderung pasif,
  • menerima apa adanya, dan
  • lebih percaya gosip ketimbang fakta
ada lagi ciri yang lebih spesifik:
  • yang dibicarakan selalu tidak cocok dengan apa yang dilakukan,
  • tindakannya palsu - hanya rekayasa atau ritualisasi makna,
  • struktur kebohongan yang terorganisir - mungkin lebih mirip penggunaan kata kata yang bermakna ganda,
  • kepribadian benalu yang selalu mencari celah untuk berkelit dari sebuah aturan,
  • masa kekakanakan yang berkepanjangan - ingin diperlakukan dan mendapat fasilitas istimewa serta tidak mampu bertanggung jawab,
  • sifat selalu iri hati.

tidak perlu rasanya saya uraikan satu persatu contoh riilnya. tanyakan saja pada diri anda, sudahkah anda terbebaskan? :)

sudah 8 tahun orde baru 'diruntuhkan', tapi sepertinya diri kita masih dijajah hantunya. arah reformasi yang katanya jadi tidak terkendali ini adalah indikatornya. cita cita masyarakat madani sepertinya masih jauh dari kenyataan. tidak sebelum kita sendiri mereformasi, atau bahkan merevolusi diri kita. cara pikir kita, yang diejawantahkan dalam kata-kata dan perbuatan.

No comments: