Tuesday, December 14, 2010

free food was the most political thing

sudah lama kepingin menulis tentang ini. frase ini saya dapet dari blognya kiki. berpikir dan berpikir.. mungkin ada benernya juga...


dulu, saya sempat diskusi dengan beberapa orang teman: kenapa petani selalu miskin?

pendapat saya tempo hari, karena petani terikat sama pupuk yang mesti dibeli, dan harga pasar yang rendah. saya pikir, petani bisa jadi lebih baik, kalau, pupuknya tidak usah beli. tapi lalu, kalau harga pasar tidak di-openi, dan membiarkan harga makanan diatur oleh harga pasar, mungkin toh akhirnya akan sama saja.

saya sempat mikir juga, kenapa ya.. pemerintah kok ngga intervensi harga? misalnya tentukan saja harga beli cabe keriting dari petani, sekian rupiah.. seperti halnya Bulog yang bisa membeli beras dengan harga tertentu dari petani..?

trus... tiba-tiba saya terantuk pada pikiran ini: harga makanan itu didesain untuk murah! ini adalah hal yang sengaja dilakukan. kenapa ketika pasokan beras dalam negeri kosong, yang harusnya bisa menguntungkan petani karena harga beras akan naik... tiba-tiba pemerintah impor beras?? yah, mungkin buat mencukupi kebutuhan beras dalam negeri. tapi mungkinkah itu satu-satunya tujuan? apa yang terjadi kalau pemerintah tidak mencukupi kebutuhan beras itu, dan membiarkan harganya tetap tinggi? tentu sebagian orang tidak bisa membeli. siapakah mereka? tentu orang-orang yang tidak punya uang... siapakah tepatnya orang-orang yang tidak punya uang ini? mereka yang menjadi buruh. buruh di perusahaan, buruh pabrik, buruh.. buruh dan buruh!

apa yang terjadi kalau harga beras tidak bisa dijangkau oleh kelas buruh ini? mereka bisa mogok kerja.. minta kenaikan gaji. artinya iklim investasi jadi tidak kondusif. itu makanya, harga beras, harus tetap stabil dan bisa dijangkau. menaikkan harga beras, berarti harus menaikkan gaji buruh, berarti harus memperbesar pengeluaran pengusaha,.. berarti mengganggu iklim investasi.

apakah petani akan dirugikan dengan naiknya harga beras? tidak. mereka tentu akan menyetok beras dan tidak menjual. orang tua teman saya di klaten, meminta teman-teman petaninya untuk menyimpan hasil panen dan menjual seperlunya, karena musim pancaroba tahun ini. lain lagi urusannya kalau buruh tani ya..

selama petani berada di dalam struktur sosial dan ekonomi yang mengharuskan dia bergantung pada uang, selamanya petani akan miskin. menaikkan harga jual beras, juga tidak menyelesaikan masalah. karena toh, secara relatif, harga-harga lain akan tetap naik. jurang antara pendapatan petani dan harga kebutuhan yang harus dibeli akan tetap lebar... seperti sekarang.

bayangkan kalau semua orang bisa menghasilkan makanannya sendiri... mungkin pabrik-pabrik tidak akan diisi oleh buruh-buruh yang mencari uang untuk makan. mungkin orang memilih profesi yang benar-benar diinginkannya... mungkin pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan investasi akan melambat....

mungkin, menanam makanan kita sendiri, adalah salah satu cara untuk mengubah struktur kapitalisme... free food was the most political thing. sistem sosial ekonomi yang berdasarkan uang, menjerat kita, dengan mengatur kebutuhan mendasar kita: makanan

No comments: