Thursday, November 15, 2007

ada apa dengan kekuatan sipil kita?

saya masih ingat, sekitar empat tahun lalu waktu membidani lahirnya sebuah buletin untuk sebuah LSM. saya juga ikut menulis opini di sana. setelah proses editing dari kepala LSM, akhirnya tulisan saya keluar juga. 'rasa' tulisannya sama seperti waktu saya sering menulis untuk terbitan di kampus. opini.

setahun kemudian, saya bekerja di sebuah lembaga penelitian, dan kembali membidani buletin mereka. temanya waktu itu pariwisata berkelanjutan. saya ingat teman di LSM yang juga menggeluti dampak dari pariwisata massal yang berkembang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. saya minta dia untuk membuat artikel.

dua minggu kemudian artikelnya masuk. kepala lembaga penelitian membacanya dengan dahi mengkerut. saya tahu. isi dari tulisan itu memang kental dengan nuansa depresi. isinya daftar kerusakan yang diakibatkan oleh pariwisata (massal - tapi entah kenapa ke massal-an ini tidak sempat diperhatikan). artikel itupun ditolak. lembaga penelitian ini memang meneliti tentang pengembangan pariwisata, dan seringnya kerjasama dengan pemerintah daerah. jadi mungkin ada conflict of interrest atau semacamnya lah..

kalo kita membagi manusia jadi dua hal yang berbeda: perasaan dan pikiran, maka saya juga melihat, itulah yang terjadi dengan kekuatan sipil kita. LSM, lembaga penelitian, media massa, adalah beberapa lembaga yang harusnya bisa memberi masukan untuk pemerintah, dan membangun masyarakat. tapi kekuatan ini jadi mandul, karena yang satu mengedepankan perasaan dan emosi, sedang yang lain berpikir logis. yah, beberapa

LSM, with all do respect, punya PR untuk belajar berpikir logis. secara intuitif kita, aktivis-aktivis LSM, tau bahwa ada sesuatu yang salah. entah itu kasus penebangan hutan, penambangan di lokasi perlindungan, pencemaran, pemanasan global, ketidakadilan gender, pelanggaran hak-hak buruh, pelanggaran HAM, kekerasan dalam rumah tangga, korupsi, dll....
tapi, coba duduk dulu sebentar dan lihat masalahnya dengan baik. saya sepakat dengan seorang teman yang bilang bahwa masalah-masalah sosial dan lingkungan itu bukan masalah yang sederhana. pelajari baik-baik. jangan asal tolak. pikirkan juga solusinya. jangan berikan PR itu pada pemerintah. (malah seharusnya pemerintah itu tak perlu ada.. hehe..) dengan begitu, mudah-mudahan kita lebih bijak dalam bertindak.

lembaga penelitian, juga punya PR buat juga menimbang intuisi. akal kita terbatas, tidak semua hal kita mengerti. tidak semua hal bisa kita jelaskan. lembaga penelitian punya potensi jadi kekuatan intelektual yang bisa mengubah kebijakan pemerintah. jangan mau diperkosa secara intelektual dengan bilang 'oke' untuk sesuatu yang 'tidak oke'

dan media, cobalah lebih cerdas. angkat berita jangan berat sebelah. kasian orang punya opini berdasarkan informasi sepihak. katanya kekuatan moral, tapi oplah kok jadi ukuran tunggal buat kemajuan perusahaan... hehe..

jayalah bangsa ini:-)


Get easy, one-click access to your favorites. Make Yahoo! your homepage.

No comments: