ecovillage vs. ecovillage
dari seorang teman, saya mendapat kabar bahwa di aceh akan didirikan sebuah ecovillage. dan ternyata memang betul. artikelnya di sini.
aku sendiri pernah memimpikan hidup di sebuah tempat, dimana semua ide ide di implementasikan. sebuah tempat yang jadi model implementasi ide yang katanya utopis atau ideal.
waktu ngobrol ngobrol, temenku, david, nyuruh ngeliat situs ini
... huuh rasanya seperti menemukan sesuatu yang udah lama kita cari. rasanya mirip kayak baca bukunya Capra, hehe...
saya ngga akan bahas tentang ecovillage di sini,.. kalo mau silahkan teruskan ke sini atau ini. disitu banyak bahan bacaan buat yang tertarik.
setelah ngoprak ngoprek ide ecovillage di situs situs tadi,... rasanya ada yang aneh ketika baca artikel di atas (di aceh akan didirikan ecovillage). adalah asal inisiatif-nya yang saya anehkan.
ecovillages di berbagai tempat di dunia, sejauh yang saya tahu, di inisiasi dari kesadaran sekelompok orang. it has nothing to do with the government.
di aceh, inisiatifnya datang dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup. pesimis? terus terang,iya. kenapa? karena kesadaran tidak bisa dipaksakan. ecovillage bukan kebijakan yang top down, tapi gerakan akar rumput. disamping itu, semangat untuk mandiri adalah hal lain yang juga krusial. terus terang, lihat perkembangan pembangunan di aceh, apalagi setelah tau bahwa pemerintah menandatangani utang untuk pembangunan di aceh, saya tambah pesimis.
hmm, tapi pendampingan untuk rakyat aceh yang akan menghuni ecovillage ini mungkin bisa membuat perbedaan. kita berdoa saja..., semoga saja kata ecovillage ini tidak teracuni, seperti konsep konsep bagus lainnya yang jadi cemar namanya karena yang ngelaksanainnya ngga beres, tapi mengklaim bahwa prakteknya sudah oke...
6 comments:
ari sugan ente nteu pesimistis.. hehehehe
btw, anw, bsw, top-down nggak salah sih, pik..kalo lagi dalam tataran konsep atau katakanlah 'inspirasi'. tapi kalau dalam action..bottom-up memang perlu diberdayakan. supaya merdeka. in the end, moga2 akhirnya bisa seimbang mikir dan aksi..amien
menarik sebuah eco-village, namun senyatanya masih banyak eco-village yang akan tergusur oleh kepentingan pemodal... :-)
kalo nunggu kesadaran dari masyarakat Indonesia............... lebaran kodok kali baru kejadian.... wekekekekek...
setuju synsepal... menghembuskan ide itu penting... tapi sebaiknya hanya sampai tahap pengenalan wacana. di aceh itu sampe bikin perencanaannya aja pemerintah. ini sih sama aja: masih nyuapin... old style!
bang timpakul...
kalo saya ngeliat, ecovillage itu bentuk modernnya dari kampung kampung adat. di Kalimantan, orang dayaknya justru menjalankan konsep konsep yang dijalanin sama ecovillagers modern kan..?
sangat disayangkan ketika kita memodifikasi kebudayaan mereka, termasuk hutan yang menjadi kebudayaan mereka, tanpa sempat kita belajar dari mereka...
halah, rim,.. rim...
mbo' ya jangan terlalu pesimis begitu toh ya..?
aku, kamu, bang timpakul (ngga tau kalo synsepal mah, hehehe) kita semua kan orang indonesia, rim...
jadi ngga usah nunggu lebaran kodok,..sekarang juga udah ada yang sadar. atau kalo gitu lebaran kodoknya dimajuin? hehehehe
Post a Comment