Monday, May 01, 2006

mayday, mayday!

sekitar 3000 orang buruh berkumpul di depan gedung sate siang ini. beberapa ratus diantaranya memenuhi setengah ruas jalan gunung batu - pasteur, sedikit membuat macet tadi pagi. tapi demo buruh berlangsun damai, katanya. meskipun pake panggung musik yang hingar bingar dan orasi, tapi ngga anarkis. cuman jorok aja, sampah dimana-mana.

"Tolak revisi UU no 13/2003!" begitu tulisan di ikat kepala dan spanduk yang mereka usung.

saya sendiri bertanya kenapa harus ada hari buruh? kenapa harus ada ILO di UNO? di Indonesia berdiri serikat-serikat pekerja seolah-olah kita melegitimasi istilah 'buruh'. untuk apa kita menyebut diri kita 'buruh' atau 'pekerja'? mungkin kita merasa kuat, mungkin kita merasa kita adalah satu kelompok tersendiri, satu kelas sosial sendiri?

ketika kita, sebagai bagian dari kelompok yang kita sebut 'buruh' atau bukan, memandang dan memperlakukan kelompok ini sebagai sesuatu yang berbeda hak dan kewajibannya dengan pengusaha/pemilik modal dalam konteks relasi dengan kapital, maka kita semakin memperlebar jurang antara pengusaha dan buruh.

buat apa?

coba perhatikan slogan-slogan pendirian serikat buruh: serikat buruh didirikan untuk memperjuangkan nasib buruh. serikat buruh didirikan untuk memperjuangkan hak-hak buruh yang dirampas oleh pengusaha. akhirnya pendirian serikat buruh mengakibatkan semakin renggangnya hubungan pengusaha - buruh.

pertanyaan dasarnya adalah: bagaimana serikat-serikat buruh itu akan memperjuangkan nasib buruh? dengan mengorganisir demo besar-besaran tiap kali keinginan ditolak, atau hak tidak ditunaikan? sampai kapan cara seperti ini akan berhasil? apa indikator keberhasilannya?

sudah, jangan bikin serikat buruh, bikin saja event organizer untuk demonstrasi....

sementara itu pengusaha akan tetap menjalankan pabriknya ala bussiness as usual. menganggap buruh sebagai bagian dari faktor produksi. tidak lebih. kalo saudara tidak mau diperlakukan begini, dibayar segitu, ya,.. saya pecat! saudara mau apa? mau ribut?

pada dasarnya, mau bagaimanapun, buruh berada di pihak yang lemah.

kemudian harapan terakhir kita adalah intervensi pemerintah, untuk membuat kebijakan yang bisa mendukung upaya buruh untuk memperbaiki kehidupannya. UU ketenagakerjaan, adalah salah satu bentuknya.

padahal tidak ada yang dapat mengubah nasibmu kecuali dirimu sendiri atas usahamu sendiri. apakah kita masih mempercayai pemerintah untuk memperbaiki kehidupan kita?

seperti kata Thoreau, kalo ngga salah bahasa inggrisnya: good government is which governs less... sudahlah kawan, lupakan pemerintah, dia punya bagiannya sendiri. atur dirimu sendiri!

-------------------------------------------------------

dari zaman awalnya manusia berorganisasi, organisasi selalu ditujukan untuk menyelesaikan masalah. hidup berkelompok untuk saling menjaga, berbagi tugas dan tanggung jawab. relasi antara buruh-buruh dan buruh-pengusaha juga bisa ditinjau dari sudut pandang kerjasama kan?

relasi antara buruh dan pengusaha dalam konteks pengelolaan kapital, menurut Gandhi, adalah kerjasama dalam kesetaraan. buruh bertindak sebagai co-sharer atas modal, bersama dengan pemilik modal. buruh mengambil peran sebagai pengelola modal. sebagai orang yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk mengelola aset, buruh harus menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya. pengusaha, sebagai timbal balik atas upaya yang dijalankan oleh buruh, berkewajiban membayar upah yang pantas, dan menjaga kesejahteraan. tanpa buruh, pengusaha tidak mungkin menjalankan usahanya. tanpa pengusaha, buruh tidak mungkin bekerja.

model relasi yang lebih organik ini hanya mungkin terjadi pada industri-industri skala kecil. semakin besar skala industrinya makin sulit pengaturan relasinya. ini juga salahsatu sebab kenapa Gandhi menolak industri skala besar, kecuali bila benar-benar tidak dapat dihindari.

kunci dari model itu adalah sistem komunikasi yang menerus antara pengusaha dan buruh. bukan sistem-sistem kaku yang diberlakukan di pabrik-pabrik. fleksibilitas inilah yang akan menjadi kendala bila dilakukan dalam skala besar.

sudah jadi hukum alam, bahwa manusia akan selalu merasa perlu untuk berorganisasi. dalam model Gandhi tersebut, organisasi buruh menjadi organisasi yang mengembangkan kesadaran dan kemandirian buruh, alih-alih menjadi sarana atau alat untuk menuntut pengusaha/ pemilik kapital.

dalam model organik itu, bukan tidak mungkin selisih paham terjadi. dan senjata yang paling ampuh menurut Gandhi adalah mogok. ini adalah puncak dari segala perlawanan ketika negosiasi dan komunikasi menemui jalan buntu. jadi bukan sebentar-sebentar demo (dan parahnya, diorganisir serikat buruh). saat mogok inilah peran organisasi buruh menjadi sangat sentral. serikat buruh harus dapat menopang kehidupan mereka yang mogok (karena mogok mereka pasti tidak mendapatkan upah). dan jangan salah, senjata ini sudah pernah diujicobakan selama 21 hari di Ahmedabad, tahun 1918.

buruh memang lemah. tapi organisasi buruh yang ada sekarang, menurut saya, bahkan lebih melemahkan buruh. alih-alih membawa pandangan dan kesadaran baru dan memperjuangkan perbaikan relasi antara pemilik modal dan buruh, menjembatani komunikasi yang membangun diantara keduanya, organisasi buruh malah cenderung memperlebar jurang komunikasi, menyulut semangat perbedaan kelas, dan melakukan pembodohan.

yang paling parah adalah ketika organisasi buruh juga terjun ke kancah politik. naoon deui??? kalau modelnya seperti di atas itu, maka peran penguasa (baca: pemerintah) makin kecil. jadi tidak perlu organisasi buruh ikut-ikutan berpolitik. politik kan dimensinya luas, bukan melulu masalah buruh dan pekerja.
kecuali kalau kita masih mau menyerahkan dan memasrahkan perbaikan kehidupan kita pada orang lain (baca: pemerintah). kalo begitu saya jadi inget kata-kata temen saya waktu kecil dulu, saat dia menolak untuk diangkat menjadi ketua kelompok: "ah urang mah rakyat kumaha presiden" (ah saya mah rakyat, gimana presiden aja). kalau kita yakin bahwa kekuasaan ada di tangan pemerintah, dan bukan di tangan rakyat, maka bukan hanya organisasi buruh yang harus terjun ke kancah politik, organisasi dokter, organisasi tukang becak, organisasi pengamen, organisasi artis, organisasi suku bangsa tertentu, organisasi agama tertentu, dan organisasi ras tertentu juga harus terjun ke kancah politik dan memperjuangkan kepastian nasib kelompoknya dengan merebut kekuasaan.

tapi terjun ke kancah politik, menurut saya akan menodai perjuangan organisasi buruh. seperti saya bilang sebelumnya, politik itu dimensinya luas, dan banyak lagi kekuatan-kekuatan yang bermain di dalamnya. organisasi buruh harus menjadi organisasi yang murni memperjuangkan kehidupan buruh dengan meningkatkan kemandirian dan kesadaran dirinya. salah-salah, organisasi buruh bisa jadi organisasi broker massa lah, ditunggangi kepentingan politik tertentu lah...

hahaha... udah, daripada tanggung begitu... bikin event organizer demo aja! leuwih puguh sugan!

No comments: