Wednesday, February 15, 2006

John Q

kemiskinan, tidak ada asuransi, membuat anaknya tidak masuk dalam daftar resipien jantung (anaknya gagal jantung). John nekat menyandera seluruh isi ruang UGD - dengan tuntutan supaya anaknya masuk daftar resipien. waktu tau anaknya butuh jantung baru dalam waktu singkat, dan mungkin tidak akan tersedia dalam waktu singkat, dia lalu memutuskan untuk bunuh diri dan menyerahkan jantungnya untuk anaknya .

-----------------------------------------------------------------------------------

-- ayolah dok, kita semua tahu ketika seorang pasien masuk ruang gawat darurat, dan ia tidak punya uang untuk membayar perawatan, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah memberinya perban dan menendangnya keluar rumah sakit...-- dialog perawat dan dokter dibawah sandera John Q.

John Q memang cuma sebuah film, tapi aku ngga nyangka, bahwa di amerika yang katanya negara maju, kejadiannya ngga jauh beda sama di negara tetangga (hehe.. kita ini di republik BenarBenarMabok).

Lima tahun lalu, selesai OS, aku ngabisin waktu satu bulan di rumahsakit, nongkrongin adikku yang sakit.

adikku, yang sempet kritis saat itu, cuma didiemin di ruang UGD - berinfus dan perban sekujur badan, tanpa dokter yang memberi resep obat apa, dipinggir ruang UGD yang penuh dengan erangan pasien dan udara malam yang makin dingin - dengan alasan: "ngga ada tempat" dan "tempat yang kosong udah dibooking semua" A###ng! emang hotel apa????!!

tujuan mulia untuk menolong sesama dikaburkan dengan pertanyaan: "siapa yang mau nanggung biaya pengobatannya?"

bener-bener kudu sabar hidup di negara dengan mental terjajah dan menjajah ini mah....