Monday, December 19, 2005

PLH...

baca tulisan bang timpakul di biophilia Pendidikan Lingkungan Hidup.. aku jadi pengen nulis.... mungkin namanya tanggapan.
 
sains telah gagal katanya...(lirik sebenernya: science has failed our mother earth..) kata System Of A Down - band kesukaan adikku. hmm, menarik, karena yang ngungkapinnya bukan saintis. tapi apa bener? kata Calne, ngga. sains ngga gagal. manusia menyimpan harapan terlalu besar terhadap sains. sains cuma alat, digunakan untuk berbagai keperluan. dari yang baik sampe yang buruk. meskipun digembar-gembor bahwa sains itu bebas nilai, tapi dia tetap ngga bisa lepas dari nilai-nilai, terutama dari si saintisnya sendiri sebagai pengguna.
 
gitu juga pendidikan lingkungan... pendidikan lingkungan cuman alat. waktu Earth Education keluar sebagai alternatif dari Environmental Education yang semakin mati rasa, mestinya kita sudah bisa belajar. Environmental Education keluar dengan pendekatan saintifik pada anak-anak. mereka diajari aspek-aspek saintifik dari lingkungan... mengenalkan bagaimana proses terjadinya hujan dan terjadinya longsor dan banjir... mengenalkan bagaimana ketergantungan rusa dengan habitat, makanan dan air untuk tetap bertahan hidup.
 
tapi mereka melupakan rasa. kecintaan terhadap alam bebas, yang mengawali pengamatan-pengamatan terhadap rusa, terhadap awan yang kemudian menjadi hujan, direduksi habis-habisan dengan mengajarkan 'ujung tumpul'. sebuah alat. dan ketika tidak terjadi perubahan apa-apa dengan lingkungan setelah sepuluh tahun Environmental Education dijalankan, sebagian orang menganggap Environmental Education telah gagal.
 
pendekatan Earth Education lebih sederhana.. secara teknis, anak-anak hanya diajak bermain di rawa. merendam kakinya di air, melihat capung... tapi mari kita refleksikan, bukankah justru hal-hal seperti itu yang membuat kita jatuh cinta pada kehidupan dan alam? bukan hanya menonton dari tv dan membaca dari buku, tapi mengalami langsung, dan merasakan langsung...apakah ada yang menandingi rasanya melihat langsung capung terbang di dekat kita, dengan angin kencang menerpa muka?
ketika pendidikan lingkungan diintegrasikan dengan kurikulum belajar, seharusnya kita sudah dapat membayangkan, apa yang akan terjadi... seperti halnya mata kuliah pendidikan lingkungan di ITB, orang hanya mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. orang hanya melakukan apa yang menjadi tuntutan kurikulum. orang hanya jadi robot. dapet nilai, lulus TPB lalu habis perkara. dan lingkungan kita? lingkungan kita tetap saja hancur...
 
pendidikan lingkungan tidak gagal. seperti juga sains, sebagai alat, ia hanya akan melayani keperluan si empunya alat. si empunya alat lah yang harus punya keperluan untuk menggunakan alat sesuai tujuannya. ibaratnya, kalo saya ngga punya kecintaan terhadap kebersihan, mau disediain aer sewaduk ama sabun sekontener juga ngga akan gua pake, kali...
 
yap, aku setuju ama bang timpakul.... juga ngga semua orang yang pernah punya pengalaman dengan alam, menjadi orang-orang yang, katakanlah, pro-alam, environmentalis, cinta lingkungan, ecophilis (and the list of term could go on and on and on...). kenapa? kenapa? ini jawabannya: karena ia ngga punya kesadaran atas pengalamannya...
 
jadi resepnya pendidikan lingkungan versi saya:
alami langsung --> refleksi (gali kesadaran) --> apresiasikan (tuangkan bentuk kesadaran, gambar, tulisan,...)
terus berulang-ulang..
 
yang jadi masalah adalah kedoyanan kita untuk mengukur segala sesuatu, mengatributkan, melembagakan (bukan mengorganisasi) segala sesuatu. ada banyak hal yang ngga bisa diukur, diatributkan, apalagi dilembagakan... biarlah anak-anak mencecap pendidikan lingkungan, tanpa tuntutan nilai, kelulusan,... dll. biarlah pendidikan lingkungan jadi salah satu pengalaman ajaib yang mereka rasakan dan sadari saat bermain sehari-hari. anyway, bermain adalah media belajar yang paling efektif untuk anak-anak.
 
aku yakin, menanamkan kesadaran itu tidak mudah. sangat tidak mudah sekali banget. jadi jangan dulu dibebani dengan tuntutan nilai dan kelulusan... tujuan kita membangun manusia yang punya kesadaran... kalo mau sambil dibebani dengan nilai dan kelulusan, sekalian aja hukum orang-orang yang udah pernah merasakan pendidikan lingkungan, tapi masih jadi penjahat lingkungan. dengan catatan, perangkat hukum kita ngga berantakan begini...
 
pengalaman saya, belajar ngaji dan sholat di mesjid jauuuuhhhhhh lebih menyenangkan ketimbang belajar sholat dan ngaji di sekolah di mata pelajaran agama...
 
kira-kira begitulah perbandingannya..

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com

No comments: