Wednesday, May 25, 2005

rancabuaya with si jambrong

Setelah pelatihan ekowisata yang cukup membuat kepala dan dada mau pecah, diam diam dalam hati saya merencanakan untuk pergi jalan-jalan. Pilihan pertama jatuh ke Ujung genteng. tapi J - 6, bapakku bilang daerah itu bahaya. Banyak begal.

Tujuan berubah. Cidaun dijadwalkan. Ditengah jalan, jam 3 sore, di suatu daerah bernama Cisewu, saat makan siang, seorang bapak tukang tahu yang kerjaannya tiap hari ngider di situ bilang Cidaun juga ngga aman. mending ke daerah Rancabuaya, biar malem bisa tidur enak. Nasehat dituruti dan, lagi-lagi, merubah arah tujuan.

Perlu waktu 24 jam jalan santai untuk mencapai jarak sekitar 200 km dari Bandung. Jalur yang ditempuh: Bandung - Pangalengan - Cukul - Cisewu - Rancabuaya - Pameungpeuk - Cijulang - Garut -Nagreg - Bandung.

Katanya orang diasah oleh pengalaman. Perjalanan ini untuk saya dan si jambrong. Berikut list of unfortunate event-nya:

-rante lepas di KM 80 dari Bandung, dalam perjalanan ke Rancabuaya. tapi segera bisa diatasi.

-rante lepas dan melintir di KM 100,5 dari Bandung. cari bengkel yang masih buka, padahal waktu sudah menunjukkan jam 17.30 sore. untung ketemu. maksudnya mau ganti rante, malah diatasi dengan 'meluruskan' rante yang sudah bengkok. "sementara, lah!" pikir saya.

-per pedal rem lepas dan hilang entah ke mana, terjadi kira-kira di KM 105 dari Bandung. waktu menunjukkan jam 19.30 malam. seorang mba-mba memberitahu bengkel terdekat. masalah diatasi dengan mudah


untung cuman segitu....dengan medan yang naik turun berkelok-kelok (kadang malah ada yang 45-48 derajat. hehe kayak yang ngukur aja) dan jalan aspal tipis, malah kadang cuman tumpukan batu kali... si jambrong kepleset-kepleset, tapi masih manteb.

sampe rancabuaya malem jam 21.30. cape pisan. langsung ketemu mas hendro, pemilik penginapan yang direkomendasikan oleh penunggu warung di pintu masuk daerah rancabuaya.

badan yang lengket dan bau sudah merengek-rengek minta dimandiin.

(kamar mandi dengan pintu nan minim nian! jikalau anda berdiri maka hanya 3/4 badan bagian bawah yang tertutup. tunggu dulu! bak mandinya berada agak jauh dari pintu yang minim itu. jadi kalo anda mandi dekat bak mandi, walhasil 1/2 lebih badan anda dapat terlihat dari pintu. yang ngerinya, pintu menuju ke dapur, tempat kamar mandi berada, berada tepat bersebelahan dengan pintu kamar mandi yang minim itu. sehingga setiap kali ada orang masuk dapur dan, dengan iseng menoleh, sedikit saja... maka rusaklah martabat anda!)

malam hari saya pingsan dengan sukses sekali.

pagi hari diisi dengan jalan-jalan di pantai liat ombak besar-besar. asik juga tapi hati pengen cepet-cepet jalan lagi.

perjalanan ke pameungpeuk, mampir di monumen peringatan meninggalnya 5 orang kawan dari jurusan Seni Rupa, 6 tahun lalu di rancabuaya. tepatnya di daerah muara sungai Cilaki.

perjalanan di teruskan, menuju pameungpeuk. tidak ada halangan berarti. sampe pameungpeuk, ketemu bengkel agak gede. disitu ganti rante dan kanvas rem. siap-siap buat menghadapi medan menanjak dan menurun lagi dari pameungpeuk ke cijulang.

Cijulang ternyata berada di daerah ketinggian. mirip dengan Bandung mungkin. udara dingin, perut lapar dan baju basah kuyup karena hujan yang tiba-tiba turun, bikin enggan untuk terus jalan. tapi inget rumah,... inget kerjaan yang belon beres,... dan inget cucian yang numpuk :(

setelah makan dan sholat, perjalanan di lanjutkan. Garut bablas terus... nagreg...si jambrong makan tanjakan dengan pasti. pake nyusul-nyusul truk segala. tegang seru dan bau!

sampe bandung jam 21.30 (edan cape pisan.... tapi asik!)